Observasi pertama dilakukan pada tanggal 15 April 2012 .
Kelompok mencoba sensasi baru dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar
6-10 tahun di rumah terdekat lalu kelompok mengunjungi salah satu rumah murid
untuk melihat dan mencari tahu kesulitan-kesulitan pelajaran yang mereka hadapi
di sekolah. Berdasarkan hasil observasi kelompok mengetahui bahwa kesulitan
pelajaran yang mereka hadapi di sekolah adalah pelajaran bahasa inggris,
matematika dan kewarganegaraan. Dari ketiga pelajaran tersebut, yang menjadi
masalah utama adalah bahasa Inggris, sedangkan pelajaran lainnya hanya ditemui
pada beberapa murid. Kelompok memutuskan untuk mengajarkan bahasa inggris pada
mereka dikunjungan pertama untuk mengetahui sejauh mana pmahaman mereka
dikarenakan kelompok melihat mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris. Dan
kelompok merasa penting bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik dalam
berbahasa inggris dengan bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa internasional
akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok melakukan kunjungan
kedua pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan untuk melihat sejauh mana
perkembangan mereka.
PERENCANAAN
Konsep micro teaching
1. Landasan Teori
Mulai abad 21, proses pembelajaran dengan konsep micro
teaching sudah sangat populer di dunia pendidikan, tetapi kebanyakan para
pendidik kurang memahami makna pendidikan. Mereka selama ini hanya sebatas
melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan melupakan tugas utama mereka
sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk itulah, perlu diluruskan kembali makna
dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kami berusaha memahami konsep micro
teaching melalui teori guru yang baik, seni dan ilmu mengajar serta paedagogi
praktis. Seperti yang diketahui, paedagogi praktis tidak hanya mengetahui apa
yang dituliskan di teori tapi dengan mengaplikasikannya dengan melaksanakan
micro teaching ini. Bagi pendidik, paedagogi praktis tidak hanya berbicara
mengenai seni mengajar melainkan juga mendorong banyak pendidik untuk mendesain
ulang pemahaman akan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan
zaman. Pendidik harus mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai penyambung
generasi masa depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka konsep pedagogi yang
abstrak bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit yang artinya tidak hanya
sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Bagi peserta
didik,mereka menjadi mampu memahami pedagogi yang konkrit ini dengan bimbingan
guru yang baik.
Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
Memiliki kesadaran akan tujuan
Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Mentoleransi ambiguitas
Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi
kebutuhan siswa
Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Belajar dari berbagai model
Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.
Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya
memilik beberapa kualitas seperti berikut:
Confidence
Patience
True compassion for their students
Understanding
The ability to look at life in a different way and to
explain a topic in a different way
Dedication to excellence
Unwavering support
Willingness to help student achieve
Pride in student’s accomplishments
Passion for life
Apabila seorang guru sudah memilik beberapa ciri-ciri di
atas,seorang guru tidak dituntut untuk hanya bisa memiliki pengetahuan teoritis
yang tinggi. Tetapi seorang guru juga harus memiliki seni dalam ilmu mengajar.
Maksudnya pendidik mampu memahamkan teori kepada peserta didiknya dengan cara
yang unik dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi diantara peserta didik dan
pendidik tidak monoton. Maksudnya dalam proses pendidikan tidak hanya berasal
dari guru saja tetapi bisa di dapat dari banyak cara. Dalam proses
belajar-mengajar seorang guru tidak hanya ‘asik’ sendiri dalam proses pembelajaran.
Tetapi mengajak siswanya untuk ikut berpikir. Selain itu, dalam proses micro
teaching seorang guru yang sudah memenuhi ciri-ciri di atas, maka dalam hal
meningkatkan motivasi peserta didik, pendidik dapat memberikan reward, baik
berupa hadiah maupun pujian. Pendidik senantiasa tersenyum walaupun peserta
didik membuat kesalahan agar mereka tidak merasa diremehkan.
2. Lokasi
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C
3. Waktu
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00-18.00
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05-15.00
4. Rencana Kegiatan
Minggu, 15 April 2012
15.00 – 15.20 perkenalan
15.20 – 17.50 micro teaching
17.50 – 18.00 penutupan
Sabtu, 21 April 2012
12.10 – 12.20 perkenalan
12.20 – 14.45 micro teaching
14.45 – 15.00 penutupan
5. Perlengkapan
Handy cam
Kamera
Alat tulis
6. Perincian Biaya
Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
Reward : 5000 x 4 = 20.000
Jumlah = Rp 62.000,00
PELAKSANAAN
Pelaksanaan micro teaching kelompok kami sesuai dengan
perencanaan yang telah kami rencanakan. Kami melakukan kegiatan micro teaching
di salah satu rumah di Jalan Dr. Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan
anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan pertama
kami laksanakan pada hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi kami memulai
pembicaraan dengan orangtua murid dan murid untuk membangun rapport. Setelah
rapport mulai terbentuk dan anak sudah mulai bisa untuk menerima kami, kami pun
langsung memulai proses mengajar. Awalnya kami mengajar murid satu per satu
yang terdiri dari Ferdy, Ata, dan Nila serta membantu mereka memahami dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka di sekolah. Keempat orang
teman kami (Weillun, Steven, Eva, dan Fauzi) melihat dan mencari tahu kesulitan
pelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Kami menemukan bahwa mereka mengalami
kesulitan pada pelajaran bahasa Inggris, Kewarganegaraan, dan Matematika. Akan
tetapi, pelajaran yang paling tersulit untuk mereka bertiga adalah bahasa
Inggris hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk mengajarkan pelajaran tersebut
kepada ketiga murid ini di kunjungan kedua.
Kunjungan kedua kami laksanakan pada hari Sabtu, 21 April
2012. Kami memulai perjalanan dari kampus ke lokasi pada jam 12 siang dan tiba
di sana sekitar jam 12.10. Setiba di lokasi kami juga memulai pembicaraan
dengan orangtua murid dan murid. Di kunjungan kedua ini kami sudah melaksanakan
proses micro teaching. Dalam pelaksanaan micro teaching ini, kami mengajarkan
ketiga peserta didik tersebut (Ferdi, Ata, dan Nila) untuk berbicara dalam
Bahasa Inggris (conversation). Kami mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk
memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu
Weillun, Steven, dan Putri membimbing mereka dengan penuh kesabaran. Dimulai
dengan kata “Hi” untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada mereka arti
dari kata tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan salam yaitu “Good
Afternoon” sambil tetap menjelaskan arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut
lagi dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas, cita-cita dan diakhiri dengan sapaan
untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam mengajarkan conversation ini, tiap anak
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dan bila mereka berhasil
mengucapkannya dengan benar kami akan bertepuk tangan dan tersenyum manis. Akan
tetapi, bagi yang pengucapannya belum benar, kami tidak menghukum melainkan
mengajarkan kembali kepada mereka bagaimana pengucapan yang benar hingga
akhirnya mereka bisa mengucapkannya dengan benar.
Setelah selesai mengajarkan conversation tentang perkenalan
diri, kami melanjutkan dengan belajar menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa
Inggris. Disini kami menunjuk salah satu bagian anggota tubuh dan mengatakan
pada mereka nama anggota tubuh tersebut dalam bahasa Inggris dan meminta mereka
untuk mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat lebih mengingat nama
tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan mengatakan “nose”, lalu menanyakan
kembali kepada adik-adik tersebut sambil menunjuk hidung “ini apa adik-adik?”
Lalu mereka menjawab “nose” dan begitu seterusnya. Dalam mengajarkan hal ini
tentu saja kesabaran dibutuhkan karena kemampuan kognitif setiap orang
berbeda-beda.Disamping itu untuk menghindari kebosanan selama proses micro
teaching ini, kami mengadakan kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi
yang berhasil menjawab apa yang ditanyakan. Hal ini tentu saja dapat
meningkatkan motivasi peserta didik sehingga mereka lebih semangat lagi untuk
mempelajari bahasa Inggris.
Oleh karena itu, bisa dilihat bahwa selama proses kegiatan
micro teaching ini kami sebagai guru yang baik memiliki beberapa kualitas yaitu
percaya diri yang ditunjukkan selama proses pengajaran, kesabaran, pemahaman,
mendukung mereka sepenuhnya, dan memiliki kemauan untuk membantu mereka
mencapai keberhasilan.
LAPORAN KEGIATAN
Dari mulai perencanaan dengan berdiskusi tentang konsep
micro teaching kelompok, subjek yang menjadi target, dan landasan teori yang
menjadi bukti empirik, hingga pada pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut
kelompok. Menurut kelompok, tanpa perencanaan yang matang serta anggota
kelompok yang berkomitmen untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini pasti
tidak akan selesai sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep, landasan
teori, dan subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang tidak
bertanggung jawab dan berkomitmen.
Di dalam pelaksanaan, kelompok merasa tidak bisa sepenuhnya
sesuai dengan rencana sebab tergantung individu yang akan kami terapkan konsep
ini, namun semua itu tidak menjadi masalah sebab semua anggota bekerja sebagai
satu tim yang berkontribusi sehingga bisa terlaksana micro teaching ini dengan
baik dan tepat sasaran sesuai perencanaan. Dalam proses pelaksanaan, yang
dimulai dari tahap observasi (perkenalan diri dengan subjek paedagogi kelompok)
kelompok memulainya dengan “senyuman” dan “friendly approach” serta sering
menyebutkan nama mereka saat proses micro teaching berlangsung dengan harapan
bisa menimbulkan interaksi antara peserta didik dan pendidik. Obrolan singkat
dengan peserta didik membuat kami mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga
kelompok memutuskan untuk menyusun strategi apa yang sesuai dengan peserta
didik demikian. Kelompok menggunakan konsep guru yang baik dimana sudah
kelompok cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan landasan teori kelompok
sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam micro teaching kali ini.
Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil
kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu:
1. Memiliki kesadaran akan tujuan
Dalam kegiatan micro teaching ini kelompok sadar akan tujuan
yang dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai
bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga dapat
bermanfaat untuk ke depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi
bahasa Internasional, maka kami sangat berharap dengan pelajaran yang kami
ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai
cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan
mengeluarkan kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki semksimal dan seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa
Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris
kepada mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi
diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam mengajarkan
materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha untuk memahamkan materi
tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena pendidik sangat menikmati tugas
mengajar tersebut dan tidak lupa dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga
mereka merasakan kesungguhan pendidik dalam proses belajar mengajar.
Hasil Pelaksanaan
Hasilnya adalah ketika diuji pada saat setelah pendidik
selesai menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah kuis untuk menguji mereka
dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu dengan memberikan reward bagi
yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawabnya dimana yang berhasil
mendapat lebih banyak daripada yang tidak berhasil.
Namun, yang menjadi pusat perhatian kelompok bukanlah
seberapa banyak hadiah yang dapat mereka terima, tetapi proses belajar mengajar
yang efektif dan menyenangkan bagi mereka sehingga memahami materi yang
pendidik sampaikan dengan perasaan senang. Dan alhasil, pendidik berhasil
membuat suasana belajar yang menyenangkan, mereka tidak hanya mampu menjawab
dengan berani, tetapi terlihat senyuman rasa senang dan percaya diri yang
tersirat dalam wajah dan mata mereka dimana pada awalnya kelompok tidak
melihatnya. Ternyata bila mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, orang
lain yang menjadi objek perilaku dapat merasakan pengaruhnya.
Pendidik dalam kelompok kami yang dengan sabar mengajarkan
materi pada mereka, menetapkan tujuan dari awal sebelum memberikan materi untuk
dipelajari pendidik, selalu memberikan harapan pada peserta didiknya, berusaha
meningkatkan motivasi, tidak merendahkan kemampuan mereka, berusaha mengerti
apa yang sebenarnya yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik. Di usia
mereka yang tergolong “children” dimana anak – anak pada usia ini sudah bisa
mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri, dalam hal ini melihat apakah
mereka bisa mengembangkan sifat “autonomy” ataukah “shame and doubt”. Pendidik
meilhat apapun yang dapat diselesaikan peserta didik selalu dihargai dengan
benar dan tepat, jadi jika mereka memang “benar” maka mendapat pujian yang
pantas, namun tetap jika mereka “salah” atau “kurang tepat” mereka tidak
dibentak atau dikatain, tetapi tetap mendapat pujian bahwa mereka hamper benar
tinggal sedikit lagi. Dengan melakukan ini, kelompok berharap bisa
mengembangkan sifat “autonomy” dalam diri daripada “shame and doubt”. Tidak
lupa seiring dengan keberhasilan ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik
tetap memberikan yang terbaik buat peserta didiknya.
Dengan menerapkan itu semua, kelompok bisa membangkitkan
semangat belajar mereka dimana terbukti dalam kunjungan kedua kelompok, peserta
didiknya menjadi sedikit rajin dan mulai terlihat percaya diri mulai
menunjukkan rasa ingin tahu mereka dimana pada saat kunjungan pertama mereka
tidak memberikan pertanyaan sebelum ditanyaain. Ada perbedaan kunjungan pertama
dengan kunjungan kedua walupun tidak terlalu signifikan, tetapi tetap terjadi
perubahan, dan tentunya kea rah yang lebih baik, kelompok berharap pendidik
pada abad 21 ini lebih memerhatikan apa yang diinginkandan dibutuhkan peserta
didik, selalu melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan
dukungan untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau
bakat yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children”
bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh karena
itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada peserta didik agar
mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk diri mereka, karena memang
seperti beginilah seharusnya tugas dan tanggung jawab seorang pendidik.
TESTIMONI :
Putri Mayritza (10-083)
Micro Teaching kali ini menjjadi pengalaman yang baru bagi saya dan kelompok.. Mengajari anak - anak yang belum dikenal ntidak semudah berinteraksi dentan anak - anak yang sudah dikenal sebelumnya. butuh pengenalan dan adapatasi terlebih dahulu dengan mereka., Untung saja anak - anak yang menjadi peserta didik saya di micro teaching kali ini termasuk supel, dan mudah beradaptasi, sehingga kami lebih mudah dekaqt dengan mereka. Selain itu saya juga harus berupaya mengaplikasikan metode - metode yang sudah diajarkan di mata kuliah paedagogi. Saya dan teman sekelompok juga harus berupaya menajdi guru yang baik sehingga poelajaran yang kami berikan bisa masuk ke dalam pikiran peserta didik dan peserta didik bisa mengingatnya dan mengaplikasikanny6a dalam sehari - hari.
Mengetahui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa global yang semua orang harus bisa menggunakannya, maka kami lebih berfokus untuk mengajarkan pelajaran Bahasa Inggrris ke peserta didik. Dengan mengusung "English for fun" kami mencobamemperkenalkan kepada peserta bahasa didik bahwa Bahasa Inggris itu tidak terlalu susah dan bahkan bisa menyenangkan. Bagaimana caranya? Saya dan kelompok memberikan reward kepadaanak - anak yang mampu mengingat pelajaran yang sudah kami berikan sebelumnya. Saya dan kelompok memberikan pelajaran vocabulary dan Introduction kepada peserrta didik dengan harapan pelajaran yang kami berikan bisa mereka aplikasikan dan membuat mereka semakin rajin belajar bahasa Inggris.
Intinya micro teaching kali ini cukup menyenangkan dan menambah ilmu saya dan teman - teman saya terutama dalam hal mengajar anak - anak
UTS Online kali ini menjadi pengalaman yang baru buat saya, walaupun sebelumnya saya sudah pernah melakukan kuliah online, namun ternyata pengalamannya berbeda. Walaupun open book dan waktu serta tempatnya fleksibel, namun pada UTS kali ini tetap dituntut logika berpikir dan kekritisan untuk menjawab soal - soal yang diberikan dosen pengampu. Jadi tidak dengan memindahkan isi buku ke blog, tapi dengan mengerti isi buku dan mencoba untuk menuangkannya kembali ke blog.
Melalui UTS Online kali ini juga bisa dilihat bahwa banyak sekali improvisasi pengajaran yang bisa guru berikan ke peserta didik, salah satunya adalh dengan UTS Online ini.
Tidak hanya sebagai ilmu, paedagogi juga bisa diterapkan sebagai seni dan jika menggabungkan dua perspektif itu akan terbentuklah paedagogi efektif yang mendukung keterlibaan intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia yang lebih luas, lingkungan yang kondusif dan pengakuan atas perbedaan penerapan pelajaran. Dengan UTS ini, intelelektual mahasiswa akan semakin terasah, hubungan dengan dunia luar tetap berjalan disela - sela mengerjakan tugas ini, lingkungan kondusif yang tidak mempunyai daya stressor yang tinggi, dan pengakuan atas perbedaan penerapan pembelajaran dengan bmemberikan kelulasaan cara menjawab dan isi jawaban kepada mahasiswa.
Dan akhir kata, menurut saya UTS Online kali ini memberikan pengalaman yang baru bagi saya
Zaman sekarang teknologi bukanlah hal yang baru lagi. Semua hal dapat digunakan dengan bantuan teknologi. Begitu juga dengan seni belajar. Belajar akan semakin mudah dengan teknologi yang sudah ada, contohnya saja elearning. Dengan elearning peserta didik dapat belajar secara online, dapat mengeksplorasi kemampuannya tanpa harus menunggu elajaran dari guru. Walaupun begitu, elearning tetap mempertahankan dimensi dari pedagogi itu sendiri. Dengan Tekknologi Informasi dan Komunikasi, dapat membantu peserta didik untuk dapat menjelajahi lingkungan belajar yang baru, memfasilitasi pembelajaran bersama dan memungkinkan siswa membuat komunitas belajar sendiri, membantu dalam penciptaan lingkungan yang menawarkan perbedaan individu, budaya atau perbedaan perkembangan serta meningkatkan kesempatan untuk belajar bagi siswa dengan menwarkan pengalaman virtual untuk menghemat waktu.
Kecepatan komputer dalam melakukan perhitingan yang terdefenisi dengan baik memungkinkan guru untuk melakukan penjelajahan informasi dengan cara yang relatif sederhana , suatu hal yang dulu dianggap sulit bagi kebanyakan orang. Hal yang dulu dianggap sulit, kini sudah bisa dihadapi dengan santai.
Dengan kehadiran TIK ini juga membuat pendidik dan peserta didik jadi sama - sama belajar.
Contohnya baik siswa dan guru punya ruang dan kesempatan untuk berkesplorasi, siswa dan guru sama - sama aktif dan menjadi pembelajar, guru memiliki peran khusus dalam meyakinkan bahwa manusia diciptakan istimewa.