Cari Blog Ini

Minggu, 13 Februari 2011

Technology Literacy.. Sudahkah itu terjadi di Indonesia?

Abad 21 dikenal sebagai abad teknologi dimana berbagai teknologi tumbuh dan berkembang dengan pesatnya bagaikan rumput yang tumbuh di padang. Berbagai perusahaan teknologi dari berbagai bidang saling bersaing memunculkan inovasi - inovasi baru untuk meningkatkan kualitas perusahaannya di mata konsumen. Begitu juga dengan teknologi di bidang pendidikan. Teknologi bagaikan jendela pengetahuan yang dengan cepatnya dapat diakses untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru.
Pada dasarnya masyarakat ditunutut untuk melek teknologi (technology literacy). Melek disini bukan hanya mengenal dan mengetahui bahwa teknologi itu ada. Tapi juga mampu memilih, merancang, membuat, dan menggunakan hasil - hasil rekayasa teknolog teknologi tersebut. (Munir 2010 : 174). Mengapa demikian? Karena sebentar lagi dunia akan memasuki revolusi teknologi. Dan untuk mencegah negara tersebut menjadi negara terbelakang, masyarakatnya harus sudah melek teknologi.

Namun sayangnya di Indonesia  technology literacynya masih cukup rendah. Sampai pada tahun 2009 penetrasi komputer di Indonesia hanya 4 %, dan penetrasi internet sekitar 10 %. Jika ingin dikhususkan lagi, technology literacy dalam bidang pendidikan di Indonesia masih sangat minim. Baik pendidik maupun peserta didik masih cuma dalam batas mengenal mengenai teknologi. Padahal untuk menghadapi perkembangan teknologi yang cepat namun terkadang sulit diprediksi, peserta didik harus mempunyai ketrampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan kapan saja dan dimana saja.

Peserta didik di Indonesia memang bisa dibilang cukup aktif dalam hal berteknologi. Namun mereka tidak aktif dalam bidang pendidikan, namun lebih ke arah bidang sosial. Banyak pelajar di Indonesia yang sangat aktif di situs jejaring sosial seperti facebook, twitter dan lain - lain, ataupun dalam game online. Namun jika ditanya milis pendidikan mana yang pernah mereka ikuti (join menjadi anggota), mungkin masih banyak peserta didik yang tidak mengikutinya atau bahkan tidak mengerti maksud dari milis tersebut. Jadi yang bisa dikatakan disini adalah peserta didik Indonesia menggunakan internet masih hanya untuk hiburan tetapi bukan untuk perluasan ilmu pengetahuan. Padahal tolok ukur technology literacy adalah kemampuan mendefenisikan, akses, mengelola integrasi, evaluasi, berkreasi dan berkomunikasi. Disinilah peran pendidik yang melek teknoloi dibutuhkan, sehingga bisa mengarahkan para peserta didik untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan dasarnya dalam bidang teknologi. Dengan menerapkan Student-centred learning yaitu dengan :
  • mengembangkan kemampuan pesrta didik untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata
  • menumbuhkan pemikiran reflektif
  • membantu perkembangan dan keterlibatan aktif dari pesrta didik dalam proses belajar
bisa meningkatkan technology literacy dari si peserta didik, karena Information and Communication Technology Literacy tidak sekedar pemahaman akan keterampilan teknis, tetapi juga mencakup hal yang bersifat kognitif.

Intinya adalah technology literacy di Indonesia sudah mulai meningkat, namun di bidang pendidikan, technology literacynya masih perlu ditingkatkan dan pendidik sangat berperan penting dalam peningkatan technology literacy dari peserta didiknya. Dengan kata lain, untuk mendapatkan murid yang melek teknologi, diperlukan guru yang melek teknologi.

Sumber :
Munir., (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung:
Alfabeta

http://www.tribunnews.com/2010/04/20/tingkat-penggunaan-komputer-di-indonesia-masih-rendah
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=57183
http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/17/mbipb-12312421421421412-mohammadni-825-10-e27-05-n-n.pdf
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar